Suhu udara di awal-awal Ramadhan tahun ini terasa sangat panas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat ada peningkatan suhu menjadi 34-36 derajat Celsius di sejumlah wilayah di Indonesia.
Peningkatan temperatur udara yang bikin gerah di siang hari belakangan ini, menurut BMKG disebabkan oleh berkurangnya tutupan awan.
Hal itu utamanya dirasakan di wilayah Indonesia bagian selatan yang tengah berada pada masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau serta pergerakan semu matahari dari posisi di atas khatulistiwa menuju Belahan Bumi Utara.
Transisi musim ditandai oleh embusan angin timuran dari Benua Australia (monsun Australia), terutama di wilayah bagian selatan Indonesia.
Angin monsun Australia yang bersifat kering dan kurang membawa uap air menghambat pertumbuhan awan. Kombinasi antara kurangnya tutupan awan serta suhu udara yang tinggi dan kelembapan yang cenderung rendah menimbulkan suasana terik.
Dokter Spesialis Gizi Klinik dr Samuel Oetoro, Sp.GK menyarankan, yang paling penting dilakukan saat berpuasa di tengah suhu udara yang panas adalah memastikan tubuh cukup terhidrasi.
“Yang terjadi pada orang yang sedang berpuasa itu hanya beda jam makan. Jadi sehari cuma makan kali, tidak ada makan siang. Artinya ada 14 jam kosong. Implikasi saat perut kosong selama 14 jam apa? Kadar karbohidrat atau yang biasa,” kata dr Samuel.
Berikut panduan makan sahur dan berbuka puasa agar tubuh tetap bugar menurut dr Samuel:
Sahur
Saat sahur sebaiknya mengkonsumsi makanan menu lengkap dengan gizi yang seimbang yakni terdiri dari: karbohidrat, lemak dan sayur.
“Karbohidrat, pilih yang kompleks yang mengandung serat tinggi karena serat akan mengganggu penyerapan gula sehingga saat puasa gula darah turunnya pelan-pelan sehingga puasa sampai maghrib pun tetap kuat,” kata dr Samuel.
Dokter yang berpraktik di RS MRCCC Siloam Hospitals Semanggi itu mencontohkan makanan berkarbohidrat kompleks di antaranya adalah nasi merah, roti gandum, dan kentang yang masih ada kulit.






